PT Sillo Maritime Perdana Tbk, emiten yang baru memulai debut di lantai bursa pada 16 Juni 2016 lalu lalu telah menghabiskan dana hasil penawaran umum perdana (IPO).
Dalam publikasi yang diterbitkan perseroan, Kamis (14/7/2016), Direktur Operasional Sillo, Sumanto Hartanto, mengatakan perseroan meraup dana bersih hasil IPO sebanyak Rp65,35 miliar.
Sebanyak Rp63,06 miliar digunakan untuk penyertanaan saham ke PT Suasa Benua Sukses sedangkan sisanya juga sudah digunakan untuk modal kerja.
Sebagaimana diketahui, perusahaan berkode emiten SHIP memang berniat menggunakan 90% dana IPO untuk akuisisi SBS. Pada 10 Maret 2016, Sillo Maritime memang telah meneken perjanjian jual beli saham SBS sebesar Rp63,06 miliar.
Sumanto mengatakan, konsolidasi aset SBS dalam kinerja perseroan akan mendongkran aset dan pendapatan hingga 50%. SHIP juga akan mendapat tambahan tiga armada sehingga total armada yang akan dimiliki perseroan menjadi sebelas.
Di samping itu, seluruh armada SBS memiliki kontrak jangka panjang sejak 2010 senilai US$180 juta. Artinya, hingga akhir masa kontrak di 2020, SBS masih bisa meraup pendapat sebanyak US$72 juta per tahun.
Adapun, hingga akhir 2016 perseroan membidik pendapatan sebanyak US$20 juta dengan laba bersih sebanyak US$6,8 juta.
Sebelumnya, Sumanto menuturkan, perseroan akan tetap konservatif dengan menggarap kontrak dari blok migas yang sudah berproduksi. "Kami gak punya kontrak dengan yang masih eksplorasi. Klien-klien kami tetap berproduksi karena dengan harga minyak di atas US$40 mereka masih bisa beroperasi secara sehat," ujarnya.
Dalam publikasi yang diterbitkan perseroan, Kamis (14/7/2016), Direktur Operasional Sillo, Sumanto Hartanto, mengatakan perseroan meraup dana bersih hasil IPO sebanyak Rp65,35 miliar.
Sebanyak Rp63,06 miliar digunakan untuk penyertanaan saham ke PT Suasa Benua Sukses sedangkan sisanya juga sudah digunakan untuk modal kerja.
Sebagaimana diketahui, perusahaan berkode emiten SHIP memang berniat menggunakan 90% dana IPO untuk akuisisi SBS. Pada 10 Maret 2016, Sillo Maritime memang telah meneken perjanjian jual beli saham SBS sebesar Rp63,06 miliar.
Sumanto mengatakan, konsolidasi aset SBS dalam kinerja perseroan akan mendongkran aset dan pendapatan hingga 50%. SHIP juga akan mendapat tambahan tiga armada sehingga total armada yang akan dimiliki perseroan menjadi sebelas.
Di samping itu, seluruh armada SBS memiliki kontrak jangka panjang sejak 2010 senilai US$180 juta. Artinya, hingga akhir masa kontrak di 2020, SBS masih bisa meraup pendapat sebanyak US$72 juta per tahun.
Adapun, hingga akhir 2016 perseroan membidik pendapatan sebanyak US$20 juta dengan laba bersih sebanyak US$6,8 juta.
Sebelumnya, Sumanto menuturkan, perseroan akan tetap konservatif dengan menggarap kontrak dari blok migas yang sudah berproduksi. "Kami gak punya kontrak dengan yang masih eksplorasi. Klien-klien kami tetap berproduksi karena dengan harga minyak di atas US$40 mereka masih bisa beroperasi secara sehat," ujarnya.
Bisnis
Posting Komentar